Catatan Masa Lalu Yang Terlupakan

Kompas

Tidak ada komentar
dititik tergelap dari malam menjelang fajar ada jiwa yang terus meratap nanar.
lagi, aku menyapamu lewat embun yang belum tentu kau temukan pagi ini.

seakan kehabisan kata untuk menerjemahkan ribuan kata rindu menjadi sebuah kalimat yang tak tersiratkan pengharapan, kugunakan topengku untuk membuat sebuah senyuman, melemparkan sebuah tawa, menyenandungkan nada hingga orang-orang akan mengira aku bahagia dan biasa saja.

bagaimana harimu hingga sejuta ingin tahu tercipta diotakku? 
aku yakin realita tak semenarik itu tapi vakum mu bisa membuat lubang sebesar itu.

ah, aku mulai bosan.
kini ku kembali memikirkan untuk apa berjuang begitu keras?
apa yang ingin aku buktikan?
dan apa yang sebenarnya ku kejar?
toh, nyatanya jawabannya tidak kamu.

layaknya kompas, kau pernah menjadi penunjuk arah, menjadi sebuah titik temu dari semua paling "aku".
namun kini kehilanganmu adalah kegelapan terpekat dalam dimensiku, hingga aku mencari sinyal cahaya mercusuar kehadiranmu,
atau aku harus menunggu matahari yang lebih terang?


Tidak ada komentar :

Posting Komentar

SIlahkan tinggalkan komentar